Perkembangan Identitas Diri Pada Remaja SMA

    Perkembangan identitas diri pada remaja SMA 

Masa SMA (Sekolah Menengah Atas) identik dengan masa pencarian jati diri. Biasanya pada masa SMA ini, kita ingin mengetahui sebetulnya potensi apa yang kita punya, di masa depan kita mau apa, gambaran diri ideal kita beberapa tahun di masa mendatang ingin seperti apa, dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan hal-hal yang ingin diketahui dalam diri pada usia SMA, maka ini berhubungan dengan ''Identitas''.  Dalam John W. Santrock (2011 : 437) Identitas adalah potret diri yang tersusun dari berbagai aspek, yang mencakup :

1. Jejak karir dan pekerjaan yang ingin dirintis seseorang (identitas pekerjaan/karir)

2. Apakah seseorang itu konservatif, liberal, atau berada diantara keduanya (identitas politik)

3. Keyakinan spiritual (identitas spiritual)

4. Apakah seseorang itu lajang, menikah, bercerai, dan seterusnya (identitas relasi)

5. Sejauh mana seseorang termotivasi untuk berprestasi dan intelektualitasnya (identitas prestasi, intelektual)

6. Apakah seseorang itu heteroseksual, homoseksual, atau biseksual (identitas seksual)

7. Latar belakang negara seseorang dan seberapa kuatkah orang itu beridentifikasi dengan budaya asalnya (identitas budaya/etnik)

8. Hal-hal yang senang dilakukan seseorang, seperti olahraga, hobi, musik, dan sebagainya (minat)

9. Karakteristik kepribadian individual (seperti introvert/ekstrovert, bersemangat atau tenang, bersahabat atau kasar, dan seterusnya (kepribadian)

10. Citra tubuh individu (identitas fisik)



Lalu bagaimana dengan proses perkembangan identitas yang berlangsung selama masa remaja ?

Menurut James Marcia (1980, 1994), seorang peneliti beraliran Erikson berpendapat bahwa teori perkembangan identitas Erikson terdiri dari 4 status identitas, yaitu :

1. Difusi identitas, yaitu status individu yang belum pernah mengalami krisis atau membuat komitmen apapun.

Individu yang mengalami difusi ini adalah individu yang memang tidak membuat komitmen mengenai suatu hal karena individu ini memang tidak memiliki minat terhadap hal tersebut.

 Contoh : Seorang siswa yang tidak membuat komitmen mengenai pilihan kuliah, karena siswa ini minatnya bukan pada perkuliahan.

2. Penyitaan identitas, yaitu status individu yang telah membuat komitmen namun tidak pernah mengalami krisis.

Contoh : Pola asuh ''otoriter'' orang tua pada anaknya, seperti misalnya orang tua yang memaksa anaknya untuk masuk jurusan Mipa, sedangkan anaknya ingin masuk jurusan IPS dan anak tersebut memang lebih menguasai bidang IPS.

3. Moratorium identitas, status individu yang berada di pertengahan krisis namun komitmennya tidak ada atau hanya didefinisikan secara kabur

Contoh : Seorang siswa SMA yang terlanjur masuk jurusan Mipa, namun siswa ini ketika kelas XI merasa bahwa jurusan Mipa tidak sesuai dengan kemampuannya dan bertolak belakang dengan jurusan saat kuliah yang ingin diambil, sehingga siswa ini sekolahnya menjadi sering bolos.

4. Pencapaian Identitas, status individu yang telah mengalami krisis dan membuat koitmen.

Contoh : Seorang siswa SMA jurusan Mipa, ketika kelas XI merasa bahwa jurusannya ini tidak sesuai dengan kemampuannya, namun siswa ini terus optimis dan terus bersemangat untuk belajar sampai lulus SMA dengan nilai yang baik.

Status identitas adalah cara yang ditempuh dalam menyelesaikan krisis identitas. 

Yup, selama masa permbentukan identitas diri, biasanya seorang remaja melalui masa krisis identitas. Krisis ini artinya adalah periode perkembangan identitas dimana individu berusaha melakukan eksplorasi terhadap berbagai cara atau berbagai alternatif. 

Selain itu, diatas disinggung mengenai ''komitmen''. Komitmen ini adalah investasi pribadi di dalam identitas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gangguan Belajar

Mental yang Kuat

Tips untuk Mencintai Diri Sendiri